Perkembangan Vaksin Virus Corona di Berbagai Negara


Pada pertengahan April lalu, banyak peneliti medis dari berbagai negara mengumumkan ada kemajuan dalam perkembangan vaksin Corona.

Zhong Nanshan, seorang ahli epidemiologi di Tiongkok, mengungkapkan bahwa sekarang peluang China untuk menjalankan pengobatan skala besar sangatlah minim, maka perkembangan vaksin dapat mengurangi jumlah orang yang terjangkit Corona.

Di luar China, WHO telah berkoordinasi dengan beberapa pusat penelitian untuk mengembangkan vaksin virus corona, seperti GlaxoSmithKline (GSK) dan Sanofi, dua produsen obat-obatan terbesar di dunia telah mengumumkan untuk bekerjasama dalam mengembangkan vaksin. Ilmuwan Inggris juga telah mengizinkan vaksin untuk diproduksi secara kecil walau vaksin tersebut belum dipatenkan secara resmi.

Jumlah penelitian terkait vaksin corona di China merosot ? Kenapa?
Menurut data statistik WHO yang diterbitkan pada tanggal 15 April yang lalu, jumlah penelitian vaksin meningkat dari 927 pada 7 April menjadi 1,135. Namun di China, perkembangan penelitian justru menurun dari 2 per 3 seminggu yang lalu menjadi hampir setengahnya.  Pada tanggal 16 April, menurut data dari situs web China, 598 uji klinis telah lolos uji pertama, namun pada saat yang bersamaan, lebih dari 40 proyek mengenai penelitian vaksin dibatalkan. Mengapa?

Chen Zhengming mengatakan: “ada terlalu banyak proyek terkait penelitian dalam waktu dekat, maka proyek tidak tertangani dengan baik.”

Pada 15 April, dua uji klinis Remdsivir, obat yang dikenal masyarakat China sebagai ‘harapan rakyat’, sementara diberhentikan. Sebabnya, wabah pandemi virus corona telah terkontrol dengan baik pada akhir Maret, sehingga tidak ada pasien yang memenuhi syarat untuk menjadi sasaran grup dalam penelitian.

Zhong Nanshan ketua peniliti komisi kesehatan dan keselamatan Nasional China, mengatakan bahwa banyak penelitian yang telah sengaja dibatalkan oleh pemerintah China karena pada saat kasus corona melonjak di Wuhan, siapa pun tidak bisa menyangka bahwa pemerintah China dapat mengendalikan pandemi Corona dengan cepat dan baik. Sampai sekarang, kondisi China sudah sangat kondusif, sehingga tidak memerlukan penelitian yang perlu biaya yang besar.

WHO mengkoordinasikan berbagai penyedia sumber daya terkait virus corona
WHO baru-baru memimpin dan membentuk tim khusus untuk menjalankan riset vaksin. Tim ini terdiri dari ilmuwan, dokter, organisasi NGO dan produsen skala besar. WHO menyatakan bahwa dengan mengkoordinasi dengan berbagai pihak, masalah wabah virus corona dapat teratasi. WHO pernah mengumumkan pada tanggal 11 April lalu bahwa tiga vaksin telah memasuki tahap uji klinis secara global. Namun, ada 67 vaksin yang belum memasuki tahap uji klinis. Untuk membantu dunia, China pada 14 April yang lalu mengumumkan bahwa terdapat dua vaksin yang semula tidak aktif telah mendapatkan persetujuan untuk maju ke tahap uji klinis. Agen berita China, Xinhua news melaporkan beberapa hari yang lalu, vaksin adenoviral yang ditemukan oleh Institut Bioteknologi Akademi Ilmu Kedokteran telah merekrut banyak relawan untuk berpartisipasi dalam pengujian klinis fase II percobaan berbagai macam varietas vaksin virus corona.

Menurut dewan negara China, mulai pertengahan April China telah menjalankan penelitian dan mulai mengembangkan lima varietas vaksin, seperti vaksin non-aktif, vaksin rekombinan yang terbuat dari rekayasa genetika, vaksin vektor adenovirus, vaksin vektor influenza, dan vaksin asam nukleat.

Amerika mengumumkan bahwa hasil vaksin yang mereka buat telah memasuki uji klinis
Xin Tong, seorang peneliti di Harvard Medical School, juga ikut peran dalam penelitian imunologi coronavirus baru. Dia mengatakan kepada BBC China bahwa para peneliti dari berbagai mancanegara telah menyusun rencana penelitian mereka dengan rapi dan tidak ada satu negara yang memiliki rencana 100% mirip dengan yang lain. Akibatnya, akan ada berbagai macam varietas vaksin corona.

Tong Xin mengatakan bahwa ini sengaja dilakukan agar antar negara tidak saling mencuri ilmu berharga yang telah dikembangkan oleh negara masing-masing dengan susah payah. Ia juga mengatakan bahwa setiap negara perlu mengembangkan teknologi dan ilmu vaksin mereka agar lebih siap menghadapi pandemi seperti virus corona di masa depan. Tong Xin juga menjelaskan bahwa sampai saat ini, pengetahuan manusia tentang imunitas dan vaksin masih tergolong minim dan para ahli sains masih tidak tahu kapan pandemi virus corona akan berakhir secara tepat.

Tim peneliti dari Universitas Oxford mulai memproduksi vaksin

Tim peneliti dari universitas Oxford mengumumkan pada 17 April bahwa satu juta vaksin akan teresedia di pasaran pada bulan September tahun ini, namun ia mengungkapkan bahwa vaksin yang diproduksi berisiko tinggi.

Vaksin yang diproduksi telah memasuk uji klinis fase pertama. Dengan kata lain, vaksin sudah mulai diproduksi sebelum terbukti secara klinis. Adrian Hill, professor dan direktur Jenner Institute di Oxford University mengatakan kepada wartawan saat wawancara online "Kami tidak hanya mulai memproduksi vaksin ini dalam skala kecil, tetapi kami juga memiliki produsen di 7 wilayah di seluruh dunia.

Tujuan kami adalah memproduksi minimal satu juta vaksin yang siap dipasarkan pada bulan September. Kami berharap mendapatkan hak paten pada bulan yang sama” Dia menambahkan bahwa produsen vaksin tersebut berada di Inggris, dua di Eropa, satu di India dan terakhir di China. Tim peneliti dari Universitas Oxford tidak merencanakan kedepan tanggung jawab mereka jika vaksin yang mereka kembangkan tidak memenuhi syarat uji coba klinis atau dinyatakan tidak aman.

Peran produsen obat-obatan dalam menangani pandemi
Banyak orang yang tidak menyangka bahwa empat produsen obat-obatan ternama di dunia tetap diam saat wabah virus corona mulai marak di China pada pertengahan Februari. Banyak masyarakat dunia yang menganggap bahwa mereka sama sekali tidak peduli dengan efek virus corona atau justru tak sedikit dari kita yang menganggap bahwa memproduksi vaksin virus corona sangatlah sulit.

Pengembangan vaksin membutuhkan proses dan jangka waktu yang lama. CEO GlaxoSmithKline, Emma Walmsley berkata kepada BBC, pengembangan dan pengujian vaksin seringkali membutuhkan waktu puluhan tahun. Jika dapat terdaftar dan dipromosikan dalam satu setengah tahun, itu sudah merupakan hal yang luar biasa.

Setelah WHO mengumumkan keuntungan dari proyek mengembangkan Vaksin, barulah sikap GlaxoSmithKline berubah.

Pada 17 April, GlaxoSmithKline dan Sanofi mengumumkan bahwa mereka akan bersama-sama mengembangkan vaksin pneumonia virus corona baru. Tahap pertama uji klinis akan dilakukan pada paruh kedua tahun ini. Jika mereka berhasil, mereka akan berusaha untuk meluncurkannya tahun depan.

Seorang professor hukum dari universitas Hong Kong dan seorang ahli paten dalam bidang kedokteran, mengatakan bahwa perusahaan farmasi memiliki peran penting dalam menangani epidemi, termasuk mendistribusikan vaksin ke negara berkembang.

Setelah menulis artikel ini, saya berharap agar vaksin virus corona dapat segera ditemukan dan dipatenkan agar seluruh penduduk dunia terbebas dari virus corona. Saya tidak ingin terus-menerus melihat masyarakat dunia dihantui oleh kepanikan terhadap virus yang mengancam nyawa dan berimbas pada aktifitas dan pekerjaan yang terganggu seperti terjadinya PHK. Saya juga berharap para distributor untuk tetap terbuka terhadap hasil produksi APD China yang akan dipasarkan di tanah air. Untuk menangani pandemi virus corona, ada baiknya jika pemerintah mendorong para distributor APD dan Alkes agar bergandeng tangan untuk melawan virus mematikan ini.

PT Shan Hai Map juga peduli atas keberlangsungan ekonomi dan kesehatan masyarakat Indonesia, maka kami turut turun tangan untuk menjadi salah satu supplier APD hasil produksi China dengan kualitas produk yang bersertifikasi dan layak namun memiliki harga yang terjangkau oleh mayoritas masyarakat Indonesia. Untuk info lebih lengkap, silahkan hubungi Audrey di (08174991995).


Gambar di atas merupakan Sistem Order kami Uchannel https://uchannel.yonyoucloud.com/

Pemilihan produk APD juga di seleksi oleh PT. Shan Hai Map, produk-produk dengan standarisasi yang baik dan bersertifikat asli dipilih sebagai partner kami untuk menyediakan APD yang layak bagai masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah pabrik asal China yaitu Biobase Scientific (Shandong).Co.,Ltd.



Comments

Popular posts from this blog

KN95 Bisa Menjadi Pengganti N95 untuk Tenaga Medis

Perbedaan Antara Pakaian APD Medis dan APD Gaun Isolasi

Apa saja Rumus Melawan Virus Corona ? Yuk, Simak Artikel ini!