Jangan salah lagi! Simak baik baik perbedaan antara MERS-CoV dan COVID-19!
Sebelum munculnya COVID-19, ternyata sudah
ada penyakit lain yang juga disebabkan oleh virus corona, yaitu MERS-CoV.
Apakah kalian pernah mendengarnya? Walaupun berasal dari kelompok virus yang
sama, baik COVID-19 dan MERS, ternyata
punya cukup banyak perbedaan loh!
Yuk kita simak sebenarnya dimana dan kapan
kedua virus ini ditemukan, cara penyebaran dampai pengobatannya.
1. Muncul Pertama Kali
Mengutip laman resmi Pusat Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit (CDC), yang dilansir dari Kompas.com, penyakit MERS
berasal dari beta coronavirus yang bernama MERS-CoV (Middle East Respitory
Syndrome Coronavirus).
Virus MERS pertama kali muncul di Arab Saudi pada tahun 2012, diduga berasal dari
unta yang hidup di negara-negara Timur Tengah, seperti Arab Saudi, Yordania,
dan Yaman. Virus yang sempat menyebar ke
21 negara ini merupakan virus menular melalui kontak langsung. MERS berawal
dari kelelawar, lalu virusnya berpindah ke unta dan menular ke manusia.
Sedangkan virus COVID-19 pertama kali
dilaporkan ditemukan di China pada
Desember 2019. Penularannya diduga dari binatang kelelawar atau ular yang
menjadi pembawa virus COVID-19. Dugaan awal, virus ini menular ke manusia karena
menyentuh binatang atau inang virus ini.
2. Penyebaran Virus
Dan mungkin kalian juga sudah tahu kalau
seseorang bisa terkena COVID-19 jika terkena droplets yang dikeluarkan oleh
penderita saat bersin atau batuk. Bisa juga ketika seseorang memegang benda
yang terkontaminasi droplet penderita, lalu memegang hidung, mata atau mulut
tanpa mencuci tangan terlebih dulu. Nah, dilansir dari Alodokter.com, ternyata COVID-19
lebih mudah menyebar dari manusia ke manusia daripada MERS-CoV.
National Instutes of Health (NIH) juga menyatakan bahwa beberapa kelompok orang memiliki risiko
tinggi mengalami komplikasi akibat COVID-19. Kelompok-kelompok ini di antaranya
ialah anak muda, orang berusia 65 tahun atau lebih, juga wanita yang sedang
hamil.
MERS-CoV tidak mudah berpindah dari satu
manusia ke manusia lainnya, kecuali jika ada kontak dekat seperti pemberian
perawatan klinis terhadap orang yang terinfeksi dan tidak ada Tindakan
kebersihan yang ketat. MERS-CoV juga biasanya menyebar dari sekresi pernapasan
orang yang terinfeksi yaitu melalui batuk.
3. Gejala
Umumnya gejala MERS CoV muncul 1-2 minggu
setelah penderita terinfeksi virus. Dan gejala yang timbul seperti : batuk,
pilek, sakit tenggorokan, demam, menggigil, nyeri otot, dan sesak napas. Pada
beberapa kasus yang jarang terjadi, MERS CoV juga dapat menimbulkan gejala
batuk berdarah, mual dan muntah, serta diare. Tapi ada juga beberapa kasus
infeksi MERS-CoV yang dikonfirmasi di laboratorium dan dilaporkan bahwa tidak
menunjukkan gejala, artinya mereka tidak memiliki gejala klinis, namun mereka
positif terinfeksi MERS-CoV setelah menjalani tes laboratorium.
Menurut World Health Organization
(WHO) virus corona (CoV)/ COVID-19 yang sekarang merebak dan telah dinyatakan
sebagai pandemic global ini menyebabkan penyakit mulai dari flu ringan hingga
infeksi pernapasan yang lebih parah seperti MERS-CoV dan SARS-CoV. Namun di
beberapa kasus, ditemukan juga orang yang positif terinfeksi COVID-19 tidak
memiliki gejala klinis.
Pada derajat ringan, kedua virus ini mempunyai
gejala seperti demam, batuk, nyeri tenggorokan, hidung tersumbat, lemas, sakit
kepala, dan nyeri otot.
Sementara dalam derajat yang lebih berat,
gejala MERS dan COVID-19 menyerupai pneumonia, yaitu demam, batuk parah, dan
kesulitan bernapas.
Perbedaan mencolok keduanya adalah COVID-19
biasanya jarang disertai dengan keluhan pencernaan, seperti buang air besar
cair, mual, dan muntah.
4. Pengobatan
Sampai sejauh ini belum ada obat yang
terbukti efektif mengatasi COVID-19.
Sedangkan pada penyakit SARS dan MERS, pemberian lopinavir, ritonavir,
serta obat antivirus terbaru bernama remdesivir sudah terbukti efektif
sebagai pengobatan.
Selain itu, pada penderita COVID-19 dengan
gejala berat perlu mendapatkan terapi cairan, oksigen, antibiotik serta
obat-obatan lain sesuai dengan gejala yang muncul.
Mereka juga harus dirawat di rumah sakit
agar kondisinya bisa dipantau dan tidak menulari orang lain.
Nah
sekarang kalian sudah tahu bukan perbedaannya ? Kami berharap informasi di atas bisa menambah informasi bagi Anda. Dan
jangan lupa untuk tetap menggunakan masker jika harus keluar rumah agar
terlindungi dari penyebaran virus corona. PT. Shan Hai Map juga menjadi salah
satu supplier masker dan APD lainnya yang semakin meningkat kebutuhannya. Untuk informasi lebih lanjut mengenai APD dan masker yang
mungkin Anda butuhkan, silahkan menghubungi Livia (0812 1220 6429).
Pemilihan produk
APD juga di seleksi oleh PT. Shan Hai Map, produk-produk dengan standarisasi
yang baik dan bersertifikat asli dipilih sebagai partner kami untuk menyediakan
APD yang layak bagai masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah pabrik asal
China yaitu Biobase Scientific (Shandong).Co.,Ltd.
Comments
Post a Comment